CILACAP.INFO – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa (SDAJ) Agung Kuswandono, melaksanakan penanaman bibit mangrove. Selasa (20/2019).
Penanaman Mangrove jenis Rhizopora itu ditanam di Kawasan Konservasi Laguna Segara Anakan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap.
Acara ICoMIRE 2019 ini mengambil tema ‘Menghimpun Indonesian Mangrove Society dan menjadikan Indonesia sebagai World Mangrove Center’.
Acara ICoMIRE 2019 dibuka oleh Deputi Agung mewakili Menko Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan yang berhalangan hadir karena harus mendampingi Presiden Joko Widodo.
Deputi Agung juga menyatakan dalam sambutannya. Bahwa Indonesia memiliki pesisir kedua terpanjang setelah Kanada, serta kekayaan biodiversitas mangrove paling tinggi di dunia. Ada Sebanyak 68 jenis mangrove, menjadikan Indonesia cocok sebagai World Mangrove Center (WMC).
“Jadi, Kita harus rehabilitasi mangrove, karena itu adalah tugas Kemenko Maritim dengan teman-teman dari seluruh K/L yang ada, termasuk dengan akademisi,” kata Deputi Agung.
Deputi Agung juga menegaskan akan mempercepat rehabilitasi mangrove di seluruh Indonesia, dan tidak hanya bersifat seremonial, tetapi 1,8 juta hektar mangrove yang hilang harus dikembalikan.
“Kita sudah mulai lakukan tahun ini (2019), kita prediksikan 5 tahun ke depan, asal semua bekerja bersama-sama,” tegas Deputi Agung.
Dia pun menjelaskan bahwa, habitat mangrove juga sebagai tempat pemijahan (spawning) dan pembesaran (nurshery) berbagai jenis ikan, kepiting, udang, dan lobster. Oleh karena itu, jika Mangrove-nya bisa tumbuh dengan baik, maka otomatis kesejahteraan nelayan akan meningkat.
“Untuk itu, Mangrove jangan dimanfaatkan untuk kepentingan yang salah,” jelas Deputi Agung.
Adapun, guna mendorong Indonesian Mangrove Society (IMS) dan World Mangrove Centre (WMC) perlu adanya peran aktif Universitas, Kementerian, Lembaga, LSM/NGO, Dinas Provinsi, Dinas KP, Dinas LHK (BP DAS) dan yang lebih utama adalah masyarakat pesisir.
WMC dapat digunakan sebagai pusat bibit berbagai jenis mangrove yang asli
Masih dalam sambutannya, beliau menjelaskan bahwa WMC dapat digunakan sebagai pusat bibit berbagai jenis mangrove yang asli baik dari Indonesia maupun negara lain, pusat informasi jenis, jumlah, teknik pengembangbiakan, teknis penanaman dan lainnya, sehingga bisa diakses di nasional dan internasional.
“Ke depan, kita akan bekerja sama dengan organisasi PBB, seperti FAO dan UNEP,” tegas Deputi Agung.
Di lain kesempatan, pada workshop sehari sebelum acara pembukaan ICoMIRE 2019, Asisten Deputi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim, Sahat M. Panggabean dalam paparannya memberikan beberapa penjelasan terkait percepatan pemulihan ekosistem mangrove.
“Bahwa rehabilitasi mangrove dilakukan dengan pemeliharaan mangrove, pemberdayaan masyarakat, konservasi ekosistem, dan pengamanan kawasan. Mangrove itu bisa kita kembangkan untuk membuat pewarna batik, sirup, camilan makanan, ada juga dibuat untuk minuman, seperti gula aren, pemanis buatan. Banyak sekali produk mangrove ini bisa kita tingkatkan, tanpa harus menebang pohonnya,” ujar Asdep Sahat memberikan penjelasan mengenai manfaat mangrove.
Kegiatan itu adalah hasil kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Universitas Jenderal Soedirman, Pangkalan TNI AL (Lanal), dan Kec. Kampung Laut, Cilacap, dan merupakan Field Trip dari rangkaian acara International Conference on Mangrove And Its Related Ecosystems (ICoMIRE) 2019, yang pertama kalinya digelar, dan dilaksanakan di Purwokerto, pada tanggal 20 23 Agustus 2019.