JAKARTA, CILACAP.INFO – Kendati tidak banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, Namun permintaan Ikan Sidat dari sejumlah negara cukup tinggi.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), M. Zulficar Mochtar mengatakan. Permintaan sidat dari negara asia timur cukup tinggi.
“Negara yang kita kenal memiliki konsumsi ikan sidat yang tinggi adalah negara-negara Asia Timur seperti Korea, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok. Permintaan sidat dari negara-negara ini terus mengalami peningkatan,” Katanya seperti yang dilansir dari laman KKP.
Lebih lanjut. KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) juga mulai berinisitif secara intensif melalukan pendataan perikanan benih sidat dalam dua tahun terakhir. Khususnya di 3 (tiga) lokasi yaitu Sukabumi, Kebumen, dan Cilacap. Hal itu agar sumber daya ikan sidat dapat berkelanjutan.
“Dari hasil pendataan terlihat bahwa ikan sidat yang diperoleh dari alam ini sudah lama diusahakan oleh nelayan kita dengan harga yang bervariasi.” Tambahnya.
Dari hasil validasi data yang dilakukan di Bogor tanggal 21-23 Agustus 2019 yang lalu, jika dibandingkan dengan periode yang sama yaitu pada tahun 2018, maka hasil tangkapan benih ikan sidat di Kabupaten Cilacap pada semester I tahun 2019 meningkat sebesar 23%.
Sementara di Kabupaten Kebumen meningkat hingga 536%, sedangkan di Kabupaten Sukabumi turun sebesar 37%. Diduga Penurunan hasil tangkapan benih ikan sidat (glass eel) di Sukabumi itu dipicu oleh beberapa faktor. Antaranya karena musim kemarau yang lebih panjang dari tahun sebelumnya, kemudian karena sungai yang kian mengering sehingga benih sidat tidak masuk ke sungai.
“Benih ikan sidat memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Harga glass eel di tingkat nelayan saja dapat mencapai Rp. 1,8 juta per kilogram. Padahal itu dilakukan dengan hanya menggunakan alat tangkap anco dengan perahu tanpa motor dan motor tempel,” Ujarnya.