CILACAP.INFO – 10 Tahun sudah ada sebanyak 60 Pondok Pesantren Tradisional tutup di wilayah Kabupaten Cilacap. Hal tersebut diungkapkan oleh K.H. DR Fathul Amin Aziz, Pengasuh PP El Bayan Majenang dan juga Dosen IAIN Purwokerto.
60 pondok pesantren tradisional yang tutup tersebut adalah 20 persennya dari total 300 pondok pesantren tradisional di Cilacap, Jawa Tengah.
Pesantren-pesantren tradisional tersebut tutup lantaran ketiadaan pendidikan formal (Sekolah) di sekitar pesantren.
Menurutnya, tanpa pendidikan formal, jumlah peminat pesantren terus menurun. Pasalnya, pendidikan formal kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat. “Hasil penelitian saya, banyak yang belum (mendirikan) pendidikan formal. Sekitar 20 persen yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal tutup. (dari) Sekitar 300-an pesantren,” katanya, Selasa (10/9/2019) seperti di lansir dari Gatra.com.
Pasalnya ia mengaku telah meneliti sebanyak 300 pesantren dalam kajian manajemen pengelolaan pondok pesantren. Dari penelitiannya tersebut, ada banyak Ponpes tradisional yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, baik di lingkungan Ponpes atau sekitar ponpes.
“Ini juga terkait dengan pengelolaan atau manajemen dipesantren. Karena biasanya pengelolaan pesantren diturunkan dari generasi ke generasi di keluarga,” ungkapnya.
Karenanya, ia mendorong agar pengelola pesantren mendirikan sekolah formal atau berkolaborasi dengan sekolah formal di luar pesantren untuk mendukung aktivitas pondok pesantren. di satu sisi, pesantren tetap berjalan sebagai penjaga akhlak. Namun, di sisi lain, pendidikan formal juga penting sebagai bekal masa depan santri minimal 6 tahun.
“Menurut saya lembaga pendidikan formal itu harus ada dipesantren. Harapannya, lembaga formal itu mampu membaca masa depan. Makanya akan menjadi kolaborasi yang bagus,” jelasnya.
Amin Aziz mengemukakan, pesantren mestinya juga harus mengadopsi pendidikan vokasi atau keahlian. Pesantren didorong untuk memiliki unit-unit pendidikan keahlian yang berbasis potensi. Misalnya, di bidang pertanian, perikanan, kerajinan, usaha kecil mikro. “Keahlian ini penting. Karena sekarang santri juga harus memiliki skill kewirausahaan,” ujarnya.
Sumber: Gatra.com