CILACAP.INFO – Kabar mengenai kilang pertamina Cilacap dengan Saudi Aramco tak kunjung rampung. Berhembus dari sekian tahun hanya persoalan kerja sama yang menunggu keputusan dari perusahan kilang terbesar di kerajaan Al Saudiyah Al ‘Arabiyah.
Belum lama ini, Pertamina dan BUMN juga mengatakan jika wacana kerja sama diputuskan pada bulan esok. Namun esoknya juga demikian, tak kunjung ada kesepakatan.
Ditambah lagi kini dengan persoalan pandemi Corona (Covid-19), sehingga ada kemungkinan kerja sama pertamina dan aramco tertunda.
Dari sekian tahun lamanya, mengapa pertamina yang merupakan perusahaan milik negara tak mencari partner lain sedari dulu. Sehingga pengerjaan proyek kilang cilacap bisa dilaksanakan, dijalankan dan diselesaikan.
Ketergantungan kepada kilang yang berada di negera saudia arabia itu sampai saat ini belum ada kesepakatan. yang diharapkan tentunya kepastian dan kesepakatan agar kilang cilacap bisa membantu perekonomian indonesia.
Dilansir CILACAP.INFO, bahwasanya seorang aktivis dari Nahdlatul Ulama (NU) kota Malang pernah menuliskan opininya.
Aktvis NU itu mengatakan bahwa indonesia harus membangun enterpreneurship, sehingga tidak tergantung dengan asing. Artikel tersebut ditulis saat kedatangan Raja Salman ke Indonesia.
Sebetulnya artikel tersebut ditunjukan untuk umat islam di indonesia yang harus membangun Entrepreneurship demi jalan menuju uang.
“Jalan menuju uang, yang harus dibangun oleh umat Islam Indonesia adalah: ENTREPRENEURSHIP !! Kalau jalan itu tak dikembangkan, silahkan jadi kuli dan jongos saja. SELAMAT DATANG *KAPITALIS RRT* DAN *KAPITALIS SAUDI*. Kemarin jadi kuli dan jongos Arab di Saudi, serta jadi kuli dan jongos China di Hong Kong, sekarang bersiaplah jadi kuli dan jongos Saudi dan China di negeri sendiri, NKRI.” Tulisanya.
Ia juga menambahkan, bahwa Uang bagaikan kawanan burung bangkai yang terbang berkelompok di angkasa, berputar-putar mencari mangsa. di situ ada bangkai, disitulah mereka mendarat. Mereka tak kenal kewarganegaraan, ras/etnis, maupun agama.
Baca Disini : RAJA SALMAN BIN SAUD PLUS MINUS KUNJUNGAN BILATERAL KE INDONESIA.
Saudi Arabia dan China
Saudi Arabia dan China telah menjalin hubungan kerja sama bertahun-tahun lamanya.
Fakta-faktanya bisa dijumpai, di arab saudi para pengusahanya juga kerap menjalin kerja sama dengan pengusaha china.
Seperti perusahaan-perusahaan di arab saudi, tidak sedikit mereka para pengusaha arab yang bekerja sama dengan china. Bahkan saling tukar modal agar si pengusaha arab saudi bisa membuat perusahaan di China dan Pengusaha China bisa membuat perusahaan di arab saudi.
Tanah di arab saudi memang tak dijual ke asing, namun para pengusaha asing membangun perusahaan dengan tanah yang di tempati milik pengusaha arab (Kerja sama).
Bahkan jalan-jalan dan proyek di saudi arabia juga melibatkan China, tak ayal jika arab saudi lebih menganak emaskan negara china.
Maka pada artikel dari aktivis NU itu, hal itu ia tulis sebagai bentuk sindiran kepada arab saudi.
Diketahui, arab saudi pada saat raja salman datang sangat diperlakukan istimewa oleh Presiden Indonesia IR Joko Widodo. Namun keistimewaan itu tak sebanding dengan modal yang diberikan saudi kepada China.
Bahkan investasinya ke China 10 kali lipat dari Indonesia, yakni 65 miliar dollar AS yang dirupiahkan pada tahun 2017 itu sekitar Rp.887 triliun.
Bahkan Malaysia yang negaranya tak seluas indonesia mendapatkan modal yang lebih besar dari indonesia, yakni 7 miliar dollar as.
Sedangkan Indonesia hanya dimodali investasi sekitar $ 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp.89 triliun pada tahun 2017 lalu.
Sepertinya arab saudi lebih menganak emaskan negara-negara maju seperti Malaysia dan China. Sedangkan indonesia yang negaranya besar dan penduduknya besar serta mayoritas muslim dan penyumbang haji terbesar hanya bisa gigit jari.