CILACAP.INFO – Kekeringan Tahun 2019 di Cilacap lebih Parah dari Tahun 2018, ada sekira 64 Ribu Jiwa mengalami krisis air bersih. Hal itu dipengaruhi karena musim kemarau yang tengah melanda indonesia.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Musim Hujan akan tiba pada bulan Oktober nanti. Namun diperkirakan mundur 2 hingga 3 desarian di bebera wilayah atau daerah di jawa tengah.
Pada awal Oktober 2019 nanti, diperkirakan hujan akan turun pada sebagian besar wilayah selatan Jawa Tengah. Seperti daerah pegunungan Slamet meliputi Kabupaten Tegal, Purbalingga, Banjarnegara, dan sebagian Kabupaten Banyumas.
Sedangkan wilayah yang akan mengalami musim hujan terakhir dibanding perkiraan awal, yakni daerah Pati, Rembang, sebagian Jepara dan Kudus.
Untuk bulan November hampir di semua daerah Jawa Tengah di antaranya sebagian besar Kabupaten Batang, Pekalongan, Kendal, Blora, Grobogan, Brebes, Wonosobo.
Temanggung, Semarang, Magelang, Demak, Kudus, Klaten, kota Solo, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri. Serta wilayah tengah Kabupaten Tegal dan Pemalang sebagian Kota Solo, Karanganyar dan Sukaharjo.
Peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan dari keterangan BMKG juga dapat memicu terjadinya Cuaca yang Ekstrem.
Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Tri Komara Sidhy mengatakan bahwa. Sudah ada 19 kecamatan di Cilacap yang terdampak kekeringan. Kekeringan di ke-sembilan belas kecamatan tersebut ada sejumlah 64 desa yang terdampak.
“Musim kemarau tahun 2019 ini krisis air bersih lebih parah dibandingkan dengan tahun lalu (2018). Tahun ini memasuki bulan september sudah ada 64 ribu jiwa mengalami krisis air bersih.” kata Tri.
Tri juga meminta, dalam mengatasi krisis air bersih ini, agar pihak ketiga juga ikut serta membantu. “Kami meminta masyarakat untuk menghemat air dan menggunakan air seperlunya. Sebab musim hujan diperkirakan akan lebih lama.” Pinta tri.