CILACAP.INFO – Gereja Paroki Theresia Majenang kedatangan seorang Uskup bernama Christophorus Tri Harsono dari Banyumas. Selasa (1/2019).
Uskup tersebut sangat fasih berbahasa arab dan ia pernah mengenyam studibahasa dan budaya Arab. Yaitu di sebuah Institut Dar Comboni untuk Studi Arab, Kairo, Mesir.
Tri Harsono datang ke majenang karena ia ingin melakukan diskusi lintas agama. Disamping itu di Majenang terdapat Forum Gusdurian. Maka, gereja paroki theresia majenang turut mengundang Gusdurian.
Acara Dialog dilakukan Selasa siang sekira pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB.
Hadir dalam Kegiatan tersebut, Ketua Gusdurian Haji Murtadlo dan segenap santri gusdurian. Gus Sadiduddin Subhi, Gus Iha dari Lesbumi, Sahabat Ansor, Banser dan juga Ketua PMII Majenang. Dari Gereja Theresia ada Romo Boni dan Jama’at gereja setempat.
Tri Harsono, Uskup dari Banyumas yang mengawali diskusi. Ia menyatakan dekat Imam Masjid Istiqlal, Profesor Nazaruddin Umar dan ketua PBNU K.H. Said Aqil Siradj. Bahkan ia mengaku dengan kedua tokoh tersebut tidak hanya dekat namun juga berdiskusi.
Lebih lanjut, dia mengaku bahwa Gusdur adalah gurunya dan ia adalah murid dari Gusdur. Dan itu sejak dirinya masih menjadi mahasiswa.
Bahkan Ia menceritakan kisah kenangannya tentang Gusdur. Kala itu Gusdur berkunjung ke Vatikan dan dirinya masih menjalani studi di sana.
“Saat kunjungan gusdur ke Vatikan, kala itu saya sedang studi dan gusdur saat itu masih jadi presiden RI. Waktu itu saya mengawal beliau untuk bertemu orang-orang penting seperti Presiden dan Paus.” Kata Uskup Tri Harsono.
Perbincangan kemudian dilanjutkan ke Romo Boni selaku Pastur Gereja Theresia Paroki. Bahwa selama ini, ia merasa terbantu dengan teman-teman dari muslim, seperti Gusdurian.
“Adanya gusdurian majenang ini, saya sudah sangat terbantu sekali, mereka melakukan itu karena rasa kemanusiaan.” Ujar Romo Boni.
Selanjutnya diskusi diberikan kepada Haji Murtado selaku Ketua Gusdurian Majenang. H. Murtado dalam kesempetan tersebut menyampaikan. Bahwa kedatangannya bersama para sahabat dari Gusdurian tentunya dengan niat yang baik.
“Kami dari gusdurian datang kesini dengan penuh warna, ada kami gusdurian, sahabat Banser, Ansor, dan Lesbumi. Kami mengucapkan selamat datang atas kedatangan Uskup ke Majenang. Semoga hal ini membawa misi yang baik yang bisa terjalin bersama dan tidak putus.” Ucap Haji Murtado.
Sembilan Nilai Utama Gusdur
Haji Murtado menjelaskan terkait Gusdurian yang membawa 9 nilai utama Gusdur. Yaitu : Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Ksatriaan, dan terakhir Kearifan Lokal.
“Dari 9 Nilai utama gusdur di dalamnya terkait NKRI, Bhineka Tunggal Ika. Maka munculah gusdurian dan inilah praktiknya.” Jelas Haji Murtado.
Selanjutnya dari Ketua Perwakilan Anak Cabang (Pac) Ansor Majenang, Sutan Bazari mengatakan. Bahwa kehadirannya tersebut adalah suatu panggilan dalam jiwa.
“Kami merasa terpanggil untuk hadir, dan ini adalah panggilan dalam jiwa kami. Bahwasanya inilah bangsa indonesia yang merupakan satu kesatuan.” Katanya.
Sutan menilai, kebersamaan dan pebedaan akan memunculkan kedamaian dan tentunya hal tersebut yang harus dijaga karena begitu penting.
“Pada siang hari ini sebenarnya adalah ciri khas bangsa indonesia, dimana terjalin kedamaian dalam keragaman.” Imbuhnya.
Sebagai ketua Pac GP Ansor Majenang ia juga menyatakan sikap terkait fenomena pengkafiran. Yaitu atas ketidaksukaan kelompok tertentu dengan kerukunan yang terjalin antara umat beragama.
“Bagi kami, ranah pelabelan dan menghukumi orang dengan kata kafir itu kan manusia yang mengatakan. Sedang Tuhan yang berhak menentukan kafir atau tidaknya seseorang.” Ungkap Sutan.
Selanjutnya, Gus Sadiduddin Subhi menerangkan bahwa. Kita memang dari Nahdlatul Ulama (NU) dan terlahir dari NU, namun kami melepas sekat-sekat keorganisasian untuk Kemanusiaan.
“Kemanusiaan adalah wujud Kasih Sayang dapat memperkokoh Persatuan dan Kesatuan. Inilah harapan kami,” Ucap Gus Sadid.
Gus Sadid menambahkan, bahwa jauh sebelum adanya film “The Santri” Gusdurian sering mengadakan kegiatan seperti itu. Tujuannya tidak lain adalah kemanusiaan. “Jauh sebelum adanya Film The Santri, kami sudah melakukan hal serupa, tidak lain untuk persatuan dan kesatuan.” terangnya.
9 Tumpeng Mewarnai HUT Gereja Theresia Majenang
Usai acara lintas agama ternyata Gereja Theresia masih mempunyai agenda, yakni HUT Gereja Theresia yang ke-9.
Usai maghrib, sahabat Banser, Ansor dan juga Gusdurian menunaikan salat, mereka kemudian menuju gereja. Mereka membawa 9 tumpeng.
Sembilan tumpeng putih mewarnai Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja Paroki Theresia Majenang.
Menurut Gus Sadiduddin Subhi, Tumpeng berwarna putih itu memiliki sebuah arti dan makna. Yakni Nasi berasal dari Padi dan Putih bisa dari Beras dan Kapas. Dimana itu semua mencerminian apa yang ada di dalam pancasila.
“Jadi, maknanya ada di sila ke-lima yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sedangkan lambangnya adalah Padi dan kapas, dimana padi adalah pangan yang merupakan kebutuhan manusia. Sedangkan Kapuk merupakan sandang. Jika diartikan, hal ini berarti jalan untuk mencapai kemakmuran.” Jelas Gus Sadid.
Penyerahan Tumpeng dibawakan Oleh Komandan Satkorcab Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Cilacap, Jamaludin Albab. Sedangkan kesembilan tumpeng-tumpeng tersebut dibawa oleh rekan Gusdurian Majenang.
Komandan Banser X-26 Cilacap, Jamaludin Albab menyampaikan. Bahwa ia sangat bersyukur hidup di bumi nusantara. Menurutnya tanah indonesia perlu dijaga dari sabang sampai merauke. Yakni dengan penuh kasih dan berlandaskan ideologi pancasila.
“Indonesia bumi yang damai. Maka jika ada rongrongan dari luar yang kemudian ingin menghancurkan persatuan dan kesatuan indonesia, maka kami tidak akan tinggal diam.” Tegas Jamaludin Albab.